Intelligence Quotient (IQ)
Istilah ini pertama kali ditulis oleh psikolog Jerman pada tahun 1912, William Stern. Stern menggunakan istilah Intelligenzquotient untuk
mengungkapkan cara mengukur kecerdasan. Kecerdasan manusia diukur
dengan mempergunakan sejumlah test yang sudah distandarkan. Diperkirakan
dua pertiga dari penduduk dunia memiliki IQ 85 sd 115. Tidak terlalu
banyak orang memiliki IQ tinggi. Hanya 5% manusia berIQ di atas 125.
Apakah IQ yang Tinggi selalu Mampu Berarti Mampu Berpikir yang Baik?
Sejarah mencatat sejumlah orang berIQ tinggi mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri. Jika Anda pernah mendengar kamera Kodak, mungkin Anda
pernah mendengar nama penemunya: George Eastman. Dia seorang ilmuwan
dan penemu yang sangat cerdas. Dia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri
pada tahun 1932. Beberapa orang hebat lain yang mengakhiri hidup secara
dengan bunuh diri adalah Sigmund Freud (1856-1939), Vincent van
Gogh (1853-1890), dan Ernest Hemingway (1899 – 1961)
George Eastman
Sejarah juga mencatat ada banyak sekali orang hebat yang cara
berpikirnya membuat banyak sekali perubahan di dunia ini. Satu contoh
dekat adalah Perdana Menteri Lee Kwan Yew (16 September 1923 – 23 March
2015) yang mengubah Singapura dari negara kota yang kotor, jorok dan
miskin tanpa sumber daya alam yang memadai, menjadi negara kota yang
sangat maju. Menurut Bank Dunia, Singapura memiliki income per capita sebesar 82,763 pada tahun 2014, naik tajam sekali dari $1.800 pada tahun 1967.
President Park Chung Hee (1917-1979)
yang mengubah Korea Selatan menjadi negara yang maju seperti sekarang.
Park Chung Hee sering dianggap telah meletakkan dasar-dasar ekonomi bagi
Korea Selatan. Dia berhasil mengubah ekonomi Korea Selatan menjadi
berorientasi pada ekspor. Income per capita Korsel juga sangat tinggi,
yaitu $ 34,356.
Pada tahun 1983, Howard Gardner memperkenalkan Istilah Multiple
Intelligences untuk menggambarkan kegagalan IQ menjelaskan kemampuan
kognitif. Gardner memperkenalkan istilah Interpersonal intelligence
(yaitu kapasitas untuk memahami niat, motivasi dan keinginan dari
orang-orang lain) dan intrapersonal intelligence (yaitu kapasistas untuk
memahami diri sendiri, menghargai perasaan, rasa takut dan motivasi
sendiri). Goleman menyatakan bahwa Emotional Intelligence bisa lebih
penting dari pada IQ. Untuk sukses diperlukan kecerdasan lainnya.
Jumat, 01 Januari 2016
warung informasi dan teknologi
→ Apakah Orang Ber-IQ Tinggi Pasti Pintar Berpikir?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar